Menurut George R. Terry, kepemimpinan
adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan
kelompok secara suka rela. Robert Tannenbaum, Irving R. Weschler, dan
Fred Messarik mendefinisikan sebagai pengaruh antar pribadi yang
dilakukan dalam suatu situasi yang diarahkan, melalui proses komunikasi,
pada pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. Harold Koontz dan
Cyril O’Donnel mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi
orang-orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama. Hasil tinjauan
terhadap penulis-penulis lain mengungkapkan bahwa para penulis
manajemen umumnya sepakat bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
aktivitas seseorang atau sekelompok orag untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu.
Dari definisi kepemimpinan itu, dapat
disimpulkan bahwa proses kepemimpinan adalah fungsi pemimpin, pengikut,
dan variabel situasional lainnya. Dalam situasi apa pun dimana pun
seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, maka
sedang berlangsung kepemimpinan. Dengan demikian, setiap orang melakukan
proses kepemimpinan dari waktu ke waktu, apakah aktivitasnya dipusatkan
dalam dunia usaha, lembaga pendidikan, rumah sakit, organisasi politik,
atau keluarga. Perlu diperhatikan bahwa apabila definisi itu menyebut
pemimpin dan pengikut, itu tidak berarti bahwa hanya membicarakan
hubungan hierarki seperti yang terdapat antara atasan dengan bawahan.
Setiap saat seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain, maka
orang itu adalah pemimpin potensial dan orang yang pengaruhinya adalah
pengikut potensial, tidak jadi soal apakah orang itu adalah atasan,
rekan sejawat, bawahan, kawan, sanak keluarga.
Dalam sebuah organisasi harus
memperhatikan ‘Span of Control’, adalah kemampuan seorang pemimpin untuk
mengawasi orang lain yang menjadi bawahannya. Ada berbagai pendapat
tentng berapa orang bawahan yang dapat diawasi secara efektif. Ada yang
berpndapat hanya sampai 2-3 orang saja. Hani Handoko mengatakan, 3-8
orang bawahan. Harus ada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atau
Delegation of Authority and Responsibility. Pelimpahan wewnang berarti
menyerahkan sebagian dari wewenang pimpinan kepada bawahannya dengan
kepercayaan penuh. Hal ini penting agar bawahannya juga harus
bertanggung jawab terhadap keberhasialn organisasi dimana mereka
bekerja. Ada butir-butir yang sangat penting salam pelimpahan wewenang
tersebut, yaitu :
- Agar pemimpin dapat konsentrasi terhadap pekerjaan yang penting-penting saja seperti keputusan kebijaksanaan, rencana strategis, pengendalian dan lain-lainya, sedangkan yang sifatnya rutin dapat dikerjakan oleh bawahannya.
- Agar tidak semuanya bertanggung jawab kepada atasan / pimpinan. Hal ini akan mencerminkan pekerjaan yang lancar. Bahkan budaya “mohon petunjuk” dapat dikikis habis.
- Merupakan dorongan bagi bawahan untuk lebih percaya diri, bekerja lebih baik, kreatif, dan bertanggung jawab.
Max Weber juga memberikan sumbangannya
tentang kepemimpinan ( Leadership ). Dengan kepemimpinan yang dimiliki
seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat disoroti kewenangannya
sebagai berikut:
- Rational legal authority
Kewenangan yang diperoleh seorang pemimpin karena tingkat posisi yang diduduki dalam organisasi.
- Traditional authority
Kewenangan yang diperoleh seorang pemimpin karena kedudukan dalam kehidupan sosial masyarakat atau adat-istiadat.
- Charismatic authority
Kewenangan yang diperoleh seorang pemimpin ini karena pembawaan pribadi atau keunggulan pribadi.
Dengan memakai dengan kombinasi
bahan-bahan empiris dan sebuah bahan-bahan teori, para ahli
mengembangkan sebuah konsep tentang kepemimpinan. Pertama, mereka
mengumpulkan 1800 pernyataan ( statemens ) khusus mengenai bagaimana
supervisor ( pengawas atau mandor ) menyusun peranan mereka. Terlepas
dari ini mereka mengembangkan 8 dimensi mengenai perilaku memimpin.
- Inisiatif
Berapa sering seorang pemimpin memprakarsai, memudahkan, atau menolak ide-ide baru dan praktek baru.
- Keanggotaan
Sampai mana seorang pemimpin bergaul
dengan kelompoknya, menekankan interaksi informal antara dirinya dengan
anggota-anggotanya, atau saling melayani dengan para anggotanya.
- Representasi
Sampai mana perilaku individual
dikebawahkan, dirangsangnya suasana kelompok yang menyenangkan,
dikuranginya konflik dan ditingkatkannya penyesuaian individual ke dalam
kelompok.
- Organisasi
Sampai mana seorang pemimpin menyusun
pekerjaannya sendiri, pekerjaan anggota-anggota yang lain, atau
hubungan-hubungan antar anggota dalam pekerjaan mereka.
- Dominasi
Frekuensi pemimpin itu membatasi individu-individu atau kelompok dalam bertindak, mengambil keputusan, atau menyatakan pendapat.
- Komunikasi
Sampai mana seorang pemimpin
menginformasikan kepada para anggotanya, menjadi informasi dari mereka,
menunjang pertukaran informasi, atau menunjukan kesadaran akan
urusan-urusan kelompok.
- Pengakuan ( Recognition )
Sampai mana seorang pemimpin menyatakan persetujuan atau penolakan.
- Produksi
Sampai seorang pmimpin menentukan tingkat
usaha, presentasi, atau mendorong anggota untuk berusaha lebih keras
atau mencapai prestasi yang tinggi.
Studi-studi yang memakai
fungsi-fungsi kepemimpinan menemui masalah-masalah yang sama dengan
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh ditinggalkannya hamper seluruh
sifat-sifat kepemimpinan. Korman, dalam meninjau studi-studi mengenai
kepemimpinan yang dilaksanakan dengan memakai pendekatan Ohio, menemukan
bahwa profil kepemimpinan itu tidak memberikan banyak tingkat daya
ramal. Ia menyimbulkan bahwa walaupun luas diterimanya pertimbangan dan
struktur inisiatif sebagai ukuran-ukuran yang bermanfaat mengenai
kepemimpinan, namun tidak banyak diketahui tentang bagaimana
variabel-variabel ia meramalkan penampilan kelompok kerja dan
kondisi-kondisi yang mempengaruhi ramalan-ramalan.
Seorang Pemimpin itu bekerja dalam suatu
lingkungan organisasi dimana terdapat berbagai tekanan terhadap
kantornya. Supervisor berada pada pusat dari tuntutan-tuntutan ini
datang dari atasannya, dari kelompok-kelompok lain, dan dari
bawahan-bawahannya. Ini berlaku pada semua tingkatan dalam organisasi,
termasuk tingkatan direktur, walaupun tuntutan-tuntutan pada tingkat ini
datang dari kelompok luar seperti organisasi-organisasi masyarakat,
nasabah-nasabah, para persero, banker, dan sebagainya.
Sebuah dimensi dari efektivitas
supervisor ( pengawas, mandor ) adalah tanggapan supervisor itu terhadap
berbagai tuntutan ini. Dalam menggambarkan sebuah pola kepemimpinan,
kita akan mengembangkan sebuah pola kepemimpinan, kita akan
mengembangkan bagaiman supervisor berhubungan dengan bawahan-bawahannya,
dengan atasan-atasannya, dan dengan level manajemen yang tinggi,
termasuk dengan kelompok staf. Dalam kelompok kecil, tidak ada level
kelompok-kelompok pararel lainnya. Akan tetapi, dalam organisasi yang
kompleks, hubungan-hubungan ini berkuasa bersama dengan hubungan
atasan-bawahan.
Ada sejumlah dimensi penting dari
kepemimpinan yang menentukan efektivitas seorang supervisor. Seorang
supervisor dapat digambarkan dengan bagaimana ia melaksanakan fungsi
representasi, merangsang parsipasi, mentaati peraturan-peraturan, dan
menggunakan sumber daya kantornya : keakraban dengan yang diawasinya,
dan penggunaan hadiah dan hukuman untuk memotivasinya. Gaya kepemimpinan
dilukiskan dengan cara supervisor melaksanakan proses ini. Dalam
praktek, pendekatan seorang supervisor terhadap pekerjaannya diwujudkan
oleh sebuuah profil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar