Kamis, 24 Oktober 2013

NPWP dan PKP



 NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan PKP (Pengusaha Kena Pajak)
1.      Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
2.      Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
3.      Kewajiban  perpajakan  bagi Wajib Pajak  yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.
4.      Kewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak:
a.       Sebelum melakukan penyerahan barang dan atau jasa kena pajak bagi yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
b.      Pengusaha kecil yang memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib mengajukan pernyataan tertulis.
c.       Pengusaha kecil yang tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak bila saat peredaran bruto melampaui batas tertentu, paling lambat akhir masa pajak berikutnya.
5.      Syarat-syarat untuk memperoleh NPWP dan Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak:
a.       Wajib pajak Orang Pribadi (OP) non usahawan: fotocopi KTP,atau Kartu Keluarga,atau SIM, atau Paspor.
b.      Untuk WP OP usahawan:
1)      Fotocopi KTP/KK/SIM/Paspor.
2)      Fotocopi surat ijin usaha atau surat keterangan tempat usaha dari instansi berwenang.
c.       Untuk WP Badan:
1)      Fotocopi akte pendirian.
2)      Fotocopi KTP salah seorang pengurus.
3)      Fotocopi surat ijin usaha atau surat keterangan tempat usaha dari instansi yang berwenang.
d.      Untuk bendaharawan sebagai pemungut/pemotong:
1)      Fotocopi surat penunjukan sebagai bendaharawan.
2)      Fotocopi tanda bukti diri KTP/KK/SIM/Paspor.
e.       Jika pemohon berstatus perusahaan anak/cabang, maka harus melampirkan bukti pendaftaran perusahaan induk/pusatnya.
6.      Penghapusan NPWP oleh DirJen Pajak dilakukan jika:
a.       Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh WP/ahli waris jika WP sudah tidak memenuhi persyaratan subyektif atau obyektif sesuai ketentuan peraturan undang-undang perpajakan.
b.      WP badan dilikuidasi karena penghentian/penggabungan usaha.
c.       WP BUT menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.
d.      Dianggap perlu oleh DirJen Pajak.
7.      Kode seri NPWP terdiri dari 15 digit dengan rincian:
Contoh: NPWP PT. ABC 01.855.081.4.521.000
a.       2 digit pertama merupakan identitas WP:
1)      01 s/d 03         : WP badan.
2)      04 dan 06        : WP pengusaha.
3)      05                    : WP karyawan.
4)      07 s/d 09         : WP orang pribadi.
b.      6 digit kedua merupakan nomer registrasi/urut yang diberikan kantor pusat DJP kepada KPP. (contoh 855.081)
c.       1 digit ketiga diberikan untuk NPWP sebagai alat pengaman agar tidak terjadi pemalsuan dan kesalahan NPWP.
d.      3 digit keempat adalah kode KPP. (contoh 521)
3 terakhir adalah status WP. (tunggal, pusat, atau cabang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar